Rabu, 16 November 2016

sampah yang abadi

Styrofoam atau Sterefoam, Sang Sampah Abadi

Styrofoam atau sterefoam Sang Sampah Abadi, mengingatkan saya akan sebuah pendakian gunung ketika salah satu anggota ada yang membawa bekal makanan dengan diwadahi styrofoam. Senior yang mengetahui, langsung menghardik dan menyuruh mengganti wadahnya. Katanya, haram seorang pencinta alam membawa styrofoam karena ia adalah sampah abadi. Sampah styrofoam gak akan pernah bisa terurai.
Hasil gambar untuk sampah styrofoam
Mengenal Styrofoam atau Sterefoam. Sampai sekarang saya tidak mengetahui bahasa Indonesia dari styrofoam. Beberapa orang mengalihbahasakannya menjadi sterefoam, meskipun sepertinya kata tersebut tetap tidak tertera dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Namun styrofoam atau sterefoam sudah jamak kita temukan dan gunakan. Styrofoam banyak digunakan mulai pada pengemasan barang-barang elektronik hingga sebagai kemasan makanan.
Styrofoam (disebut juga polystyrene) umumnya berwarna putih bersih. Bentuknya simpel dan ringan. Styrofoam yang dibuat dari kopolimer styrene ini kerap dijadikan bungkus makanan lantaran mampu mencegah kebocoran dan mampu mempertahankan bentuknya saat dipegang. Selain itu, bahan tersebut juga mampu mempertahankan panas dan dingin tetapi tetap nyaman dipegang. Bentuknya yang ringan menjadikan styrofoam mudah dibawa. Makanan yang disimpan di sana juga tetap segar dan utuh. Tidak hanya itu, alasan dipilihnya styrofoam sebagai bahan pembungkus makanan terlebih karena biaya pengemasannya yang murah.
Dengan segala kelebihannya itulah, styrofoam kini menjadi pilihan utama dalam membungkus makanan. Mulai dari restoran cepat saji, pedagang jajanan di pinggir jalan, hingga dalam berbagai acara dan kegiatan, styrofoam sering kali menjadi pilihan.
Styrofoam sebagai pembungkus makanan
Styrofoam sebagai pembungkus makanan (gbr: inhabitat.com)
Namun di balik kelebihannya itu, styrofoam ternyata sangat berbahasa bagi kesehatan. Komponen styrofoam (benzen, carsinogen, dan styrene) dapat menimbulkan kerusakan pada sum-sum tulang belakang, menimbulkan anemia dan mengurangi produksi sel darah merah hingga meningkatkan resiko kanker. Komponen ini mudah terlepas saat styrofoam bersentuhan dengan panas, lemak, atau minyak.
Styrofoam Sampah Abadi yang Tidak Terurai. Di samping berbahaya bagi tubuh, styrofoam atau sterefoam pun berbahaya bagi lingkungan. Jika sampah plastikmembutuhkan waktu hingga 500-an tahun untuk dapat terurai di dalam tanah, styrofoam justru tidak pernah dapat terurai. Sehingga sebungkus sampah styrofoam di dalam tanah akan tetap pada bentuknya, tidak berubah, apalagi hancur hingga kapanpun, mungkin hingga kiamat tiba.
Dengan jumlah styrofoam yang kita gunakan dalam seharinya, dikalikan jumlah penduduk bumi, dikalikan jumlah hari, dapat kita bayangkan berapa banyak sampah styrofoam yang kemudian akan menumpuk mencemari tanah, air, dan laut di bumi. Dengan berbagai kandungan kimia yang terdapat di dalamnya, berapa banyak organisme bumi yang akan menerima dampaknya?. Dengan konsumsi sampah styrofoam kita saat ini, bisa jadi puluhan tahun yang akan datang, bumi berubah menjadi daratan styrofoam.
Saat ini telah ditemukan styrofoam yang disebut Oxodegradable Polystyrene, yang katanya lebih ramah lingkungan. Styrofoam jenis ini telah diberi tambahan bahan oxium sehingga dapat terurai meskipun membutuhkan waktu hingga 4 tahun.
Namun yang pasti kita semua meski memahami bahwa kita sebenarnya harus membayar sangat mahal dengan semakin banyaknya timbunan sampah abadi yang tidak akan terurai seiring dengan penggunaan stryofom yang katanya praktis dan murah. Akankah kita mewariskan ‘bumi styrofoam’ pada cucu-cucu kita?.

GLOBAL WARMING

Pemanasan Global
Hasil gambar untuk global warming
Pemanasan global atau Global Warming adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosferlaut, dan daratan Bumi.
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.[1] Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem,[2] serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.


I. Penyebab pemanasan global

1.1 Efek rumah kaca

Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap airkarbon dioksidasulfur dioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.

1.2 Efek umpan balik

Anasir penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat).[3] Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat.[3]
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo)oleh es.[4] Ketika suhu global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.[5]

1.3 Variasi Matahari 

Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini.[6]Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960,[7] yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.) Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950.[8][9]
Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuwan dari Duke University memperkirakan bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan suhu rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000.[10] Stott dan rekannya mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat perkiraan berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh Matahari; mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga telah dipandang remeh.[11] Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
Pada tahun 2006, sebuah tim ilmuwan dari Amerika SerikatJerman dan Swissmenyatakan bahwa mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat "keterangan" dari Matahari pada seribu tahun terakhir ini. Siklus Matahari hanya memberi peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam tingkat "keterangannya" selama 30 tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk berkontribusi terhadap pemansan global.[12][13] Sebuah penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan bahwa tidak ada hubungan antara pemanasan global dengan variasi Matahari sejak tahun 1985, baik melalui variasi dari output Matahari maupun variasi dalam sinar kosmis.[14]

Mencintai lingkungan dengan cara 3R

3R (Reuse Reduce Recycle) Sampah

3R atau Reuse, Reduce, dan Recycle sampai sekarang masih menjadi cara terbaik dalam mengelola dan menangani sampah dengan berbagai permasalahannya. Penerapan sistem 3R atau reuse, reduce, dan recycle menjadi salah satu solusi pengelolaan sampah di samping mengolah sampah menjadi kompos atau meanfaatkan sampah menjadi sumber listrik (PLTSa; Pembangkit Listrik Tenaga Sampah). Justru pengelolaan sampah dengan sistem 3R (Reuse Reduce Recycle) dapat dilaksanakan oleh setiap orang dalam kegiatan sehari-hari.
3R terdiri atas reuse, reduce, dan recycleReuse berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya. Reduceberarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah. Dan Recycle berarti mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat.
Melakukan 3R (Reuse Reduce Recycle) Setiap Hari. Mengelola sampah dengan sistem 3R (Reuse Reduce Recycle) dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja (setiap hari), di mana saja, dan tanpa biaya. Yang dibutuhkan hanya sedikit waktu dan kepedulian kita.
Berikut adalah kegiatan 3R (Reuse Reduce Recycle) yang dapat dilakukan di rumah, sekolah, kantor, ataupun di tempat-tempat umum lainnya.
Contoh kegiatan reuse sehari-hari:
  • Pilihlah wadah, kantong atau benda yang dapat digunakan beberapa kali atau berulang-ulang. Misalnya, pergunakan serbet dari kain dari pada menggunakan tissu, menggunakan baterai yang dapat di charge kembali.
  • Gunakan kembali wadah atau kemasan yang telah kosong untuk fungsi yang sama atau fungsi lainnya. Misalnya botol bekas minuman digunakan kembali menjadi tempat minyak goreng.
  • Gunakan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis kembali.
  • Gunakan sisi kertas yang masih kosong untuk menulis.
  • Gunakan email (surat elektronik) untuk berkirim surat.
  • Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang memerlukan
Contoh kegiatan reduce sehari-hari:
  • Pilih produk dengan kemasan yang dapat didaur ulang.
  • Hindari memakai dan membeli produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar.
  • Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill). Misalnya alat tulis yang bisa diisi ulang kembali).
  • Maksimumkan penggunaan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis kembali.
  • Kurangi penggunaan bahan sekali pakai.
  • Gunakan kedua sisi kertas untuk penulisan dan fotokopi.
  • Hindari membeli dan memakai barang-barang yang kurang perlu.
Contoh kegiatan recycle sehari-hari:
  • Pilih produk dan kemasan yang dapat didaur ulang dan mudah terurai.
  • Olah sampah kertas menjadi kertas atau karton kembali.
  • Lakukan pengolahan sampah organic menjadi kompos.
  • Lakukan pengolahan sampah non organic menjadi barang yang bermanfaat.
3R atau Reuse, Reduce, dan Recycle sebenarnya sederhana dapat dilakukan oleh siapa saja, di mana saja, dan kapan saja serta tidak membutuhkan biaya yang besar. Namun dari 3R yang sederhana ini bisa memberikan dampak yang signifikan bagi penanganan sampah yang sering menjadi permasalahan di sekitar kita. Ingin melihat dampaknya, langsung saja dicoba!

melestarikan hewan langka termasuk dimencintai lingkungan

Jenis Jenis hewan langka yang harus kita lindungi


Sebagai makhluk yang tidak bisa hidup sendiri kita memerlukan peran dari makhluk lainnya antara lain Manusia,Tumbuhan,bhkan Hewan.Maka dari itu kita harus saling melindungoi dibagian ini kita akan membahas hewan yang akan dilindungi oleh kita yaitu:


Daftar 25 Hewan Langka Asli Indonesia

Menilik status keterancaman yang dikeluarkan oleh IUCN Redlist (2012), terdapat 73 hewan asli Indonesia yang berada dalam status keterancaman tertinggi yaitu status Critically Endangered (Kritis), 170 spesies berstatus Endangered (Terancam) dan 523 spesies berstatus Vulnerable (Rentan).
73 spesies (dan subspesies) hewan berstatus Critically Endangered yang terancam punah itu tidak bisa dibantah merupakan hewan langka di Indonesia yang semakin hari semakin sulit ditemui. Dan dari jumlah itu saya cantumkan secara acak 25 spesies hewan diantaranya. Berikut ini daftar 25 Hewan Langka Indonesia.
Untuk meringankan pemuatan (loading) halaman, artikel ini dibagi dalam beberapa halaman, klik kalimat “HALAMAN SEBELUMNYA” atau “HALAMAN BERIKUTNYA” di bagian bawah artikel untuk melihat daftar keseluruhan.
Badak Jawa
Badak Jawa
  • Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus); Disebut juga sebagai Badak Bercula Satu, Binatang endemik jawa yang hanya bisa dijumpai di Taman Nasional Ujung Kulon (Banten) dengan populasi hanya 35 hingga 45 ekor saja (hasil sensus Badak 2011). Lebih detail baca: Badak Jawa Mamalia Terlangka Di Dunia.
Kanguru Pohon Wondiwoi (Dendrolagus mayri)
Ilustrasi Kanguru Pohon Wondiwoi (Dendrolagus mayri)
  • Kanguru Pohon Wondiwoi (Dendrolagus mayri) atau Wondiwoi Tree-kangaroo; Salah satu jenis kanguru pohon asal Papua ini populasinya diperkirakan sekitar 50 ekor saja. Penjelasan detail baca: Kanguru Pohon Wondiwoi.
Pesut Mahakam
Pesut Mahakam
  • Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) atau Irrawaddy Dolphin; Merupakan mamalia air tawar yang unik. Di Indonesia hidup di Sungai Mahakam dengan populasi sekitar 70 ekor. Selengkapnya baca: Pesut Mahakam Mamalia Terlangka Indonesia.
Macan Tutul Jawa atau Leopard
Macan Tutul Jawa atau Leopard
  • Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas) atau Javan Leopard; Disebut juga Macan Kumbang dengan jumlah populasinya diperkirakan di bawah 250 ekor (IUCN 2008). Lebih detail baca: Macan Tutul Jawa.
badak sumatera
Badak sumatera
  • Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) atau Sumatran Rhinoceros; Merupakan badak bercula dua yang populasinya diperkirakan tidak lebih dari 275 ekor. Lebih detal baca: Badak Sumatera.
Leucocephalon yuwonoi (kura-kura hutan sulawesi atau kura-kura paruh betet)
Leucocephalon yuwonoi (kura-kura hutan sulawesi)
  • Kura-kura Hutan Sulawesi (Leucocephalon yuwonoi) atau Sulawesi Forest Turtle; Kura-kura endemik sulawesi yang pernah terdaftar sebagai The World’s 25 Most Endangered Tortoises and Freshwater Turtles—2011 dengan populasi kurang dari 250 ekor. Selengkapnya baca: Kura-kura Hutan Sulawesi nan Langka.

SEMOGA BERMANFAAT BAGI KITA SEMUA.

menanam hutan gundul untuk keberlangsungan hidup

REBOISASI

Manfaat dan Pengertian Reboisasi Dan Penghijauan

Dunia ini semakin kekurangan pohon dan banyak pohon yang ditebangi untuk keperluan manusia. Semakin banyak pohon yang berkurang, semakin banyak pula polusi dan akibat lain yang lebih parah akibat tindakan manusia yang sering merusk alam. Berikut ini akan kami uraikan mengenai reboisasi dan penghijauan sebagai langkah tepat untuk mengembalikan bumi menjadi hijau kembali. Nah untuk memperingkas artikel ini, bagai mana jika sekarang kita langsung saja membaca penjelasan tentang Reboisasi di bawah ini, Langsung di simak ya sob.

Pengertian Reboisasi

Reboisasi adalah penghijauan kembali yang dilakukan untuk mengembalikan alam yang hijau, misalnya dalam satu lokasi hutan yang sudah kehilangan banyak pohon dilakukan penanaman kembali sehingga membuat pohon dihutan kembali normal dan berfungsi sebagai pelindung manusia dalam menyediakan udara, air dan mencegah banjir.


Pengertian Penghijauan

Penghijauan sebenarnya hampir mirip dengan reboisasi hanya saja sistem dalam penghijauan berbeda dengan reboisasi. Jadi penghijauan adalah usaha untuk menanam pohon dan tumbuhan di tempat yang dianggap bisa menjadi tumbuh kembang si tumbuhan tersebut. Gerakan penghijauan bisa dimulai dari rumah kita sendiri.
Nah setelah mengetahui pengertian dari 2 istilah reboisasi dan penghijauan, berikut ini kami berikan juga manfaat dari 2 kegiatan diatas.

Manfaat Reboisasi

Adapun manfaat reboisasi adalah untuk menjaga keseimbangan alam karena alam butuh penyeimbang agar manusia hidup dengan baik, selain itu reboisasi bermanfaat untuk mencegah terjadinya banjir, akar dari pohon akan melindungi tanah dan menahan air agar tidak turun kebawah dan menyebabkan banjir. Seerta mampu mencegah adanya global warming.

Selasa, 15 November 2016

masalah lingkungan di Indonesia

Daftar Masalah Lingkungan di Indonesia

Oktober kemarin, Greenpeace merangkum daftar masalah lingkungan di Indonesia. Daftar masalah lingkungan tersebut merupakan hasil program Jurnalisme Warga untuk Lingkungan (JARING) yang diinisiasi Greenpeace Indonesia. JARING sendiri merupakan sebuah program untuk mewadahi aspirasi masyarakat terkait masalah lingkungan.
Permasalahan lingkungan di Indonesia ternyata menjadi perhatian serius bagi mamsyarakat. Terbukti dengan antusiasme warga dalam melaporkan berbagai masalah lingkungan yang meliputi isu hutan, sungai, laut, limbah, sampah, serta iklim dan energi. Hasilnya, dapat diketahui berbagai masalah lingkungan yang menjadi fokus perhatian sebagain besar masyarakat Indonesia.
Isu lingkungan yang paling banyak yang mendapat perhatian adalah pencemaran sungai oleh bahan kimia berbahaya industri. Bagi masyarakat Indonesia, masalah lingkungan ini cukup mendapat perhatian serius, mengalahkan isu-isu lingkungan lainnya.
Masalah lingkungan
Masalah lingkungan
Sebagai gambaran adalah Sungai Citarum (Ci Tarum) yang pada 2010 silam, sempat mendapatkan gelar “Sungai Paling Tercemar di Dunia” oleh situs online terbesar di Amerika Serikat, huffingtonpost.com. Pun oleh Blacksmith Institute dan Green Cross Swiss (2013) yang memasukkan Sungai Citarum dalam “Top Ten Toxic Threats in 2013”. Sungai yang menjadi urat nadi bagi sekitar 5 juta penduduk tersebut memiliki lebih dari 500-an pabrik di kanan-kirinya yang berlomba-lomba membuang limbahnya ke Sungai Citarum.
Selain pencemaran sungai oleh bahan kimia berbahaya industri, masih terdapat masalah-masalah lingkungan lainnya yang menjadi sorotan publik. Permasalahan-permasalahan lingkungan tersebut adalah :
  1. Pencemaran Sungai oleh Bahan Kimia Berbahaya Industri
  2. Bencana Kebakaran Hutan dan Gambut di Sumatra dan Kalimantan
  3. Alih Fungsi Hutan Lindung dan Lahan Pertanian
  4. Pencemaran Perairan oleh Limbah Pertambangan
  5. Kasus Penangkapan Ikan Berlebih dan Illegal di Perairan Nusantara
Itulah 5 masalah lingkungan yang mendapatkan sorotan terbesar dari masyarakat Indonesia berdasarkan program Jurnalisme Warga untuk Lingkungan (JARING). Hasil rangkuman dari permasalahan lingkungan ini, oleh Greenpeace telah diserahkan kepada pemerintah melalui Presiden Joko Widodo. Namun bukan berarti masalah tersebut kemudian menjadi tanggung jawab pemerintah semata. Kita semua mempunyai andil pada terjadi dan berlangsungnya masalah lingkungan tersebut. Sudah selayaknya kita semua, bahu membahu, mencoba mengatasinya meskipun dari hal-hal yang paling sepele dan kecil.

perubahan iklim

Mengenal Pemanasan Global dan Perubahan Iklim



Pemanasan global dan perubahan iklim adalah dua istilah yang kian hari kian terkenal. Diantara para pembaca Alamendah’s Blog pasti banyak yang telah memahami keduanya. Namun sebagai bentuk eduksi lingkungan, tidak ada salahnya jika blog ini mengulasnya kembali.
Pemanasan global atau global warming adalah meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, bumi, dan lautan. Sedangkan perubahan iklim atau climate change merupakan perubahan yang signifikan pada iklim, seperti suhu udara atau curah hujan, selama kurun waktu 30 tahun atau lebih. Perubahan iklim merupakan proyeksi kelanjutan dari global warming.
Dalam satu abad terakhir suhu permukaan global telah meningkat antara 0,74 – 0,18 0C. Di Indonesia sendiri, menurut data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), suhu rata-rata udara di permukaan tanah di Indonesia, mengalami peningkatan sebesar 0,5 0C.
Kedepan, pemanasan global dan perubahan iklim akan semakin meningkat. Masih menurut data Bappenas, jika dibandingkan dengan periode tahun 1961 hingga 1990, rata-rata suhu di Indonesia diproyeksikan meningkat 0,8 hingga 1,0 0C antara tahun 2020 hingga 2050. Bahkan jika menilik model iklim milik Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC; Panel Antarpemerintah Tentang Perubahan Iklim yang dibentuk PBB), menunjukkan suhu permukaan global akan mengalami peningkatan antara 1.1 hingga 6.4 derajat selama abad ke dua puluh satu.
perubahan iklim pemanasan global
Perubahan Iklim

Penyebab dan Dampak Pemanasan Global

IPCC menyimpulkan bahwa pemanasan global yang terjadi sejak pertengahan abad ke-20 hingga kini sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat kegiatan manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan hutan.
Dampaknya akan sangat dirasakan oleh manusia dan lingkungan hidup. Diantaranya dampak-dampak tersebut adalah tidak stabilnya iklim, meningkatnya permukaan air laut, gangguan ekologis, rusaknya infrastruktur, dan lain-lain. Masing-masing dampak tersebut pun masih akan mendatangkan berbagai dampak susulan lainnya baik dalam bidang ekonomi, ekologi, kesehatan, hingga sosial dan politik.

Konspirasi Pemanasan Global

Namun ternyata juga ada sebagian pihak yang tidak mempercayai tengah terjadinya pemanasan global. Kelompok ini justru menuding bahwa isu pemanasan global (global warming) adalah sebuah konspirasi yang dilakukan oleh para kapitalis untuk meraup keuntungan dan mendapatkan kekuasaan.
Namun apapun itu, dari hari ke hari, bumi terasa semakin tidak ramah. Layaknya seorang ibu kost yang lelah mengurus anak-anak kostnya yang nakal hingga terdengar semakin cerewet dan mudah marah. Dan lagi, perilaku ‘ramah lingkungan’ semisal hemat energi, mengurangi pencemaran udara, serta menanam pohon akan berdampak positif bagi kehidupan manusia. Ini tidak bisa disangkal, bahkan oleh para pendukung konspirasi sekalipun

lingkungan bersih

A.Lingkungan Sehat


Ciri-ciri lingkungan sehat antara lain sebagai berikut.
1. Udara bersih, segar, dan terasa sejuk. Selain itu, juga tidak berbau.
2. Ada tempat sampah dan keadaannya bersih. Dengan adanya tempat sampah, sampah jadi tidak berserakan. Dengan demikian, tidak menimbulkan bau yang tidak sedap.
3. Terdapat saluran air yang bersih dan lancar. Air dalam saluran air akan mengalir dengan lancar. Hal ini karena tidak tersumbat oleh sampah.
4. Terdapat berbagai tumbuhan hijau yang terpelihara dan tertata rapi. Dengan adanya tumbuhan, udara akan menjadi lebih bersih. Selain itu, keadaan lingkungan rumah akan terlihat lebih indah.



B.Lingkungan tidak sehat
Ciriciri lingkungan tidak sehat antara lain sebagai berikut.
1. Udara kotor dan berbau. Udara tersebut akan menyesakkan napas kita.
2. Tidak tersedianya tempat sampah. Sampah menumpuk dan berserakan di mana-mana. Tentu saja hal ini akan merusak pemandangan lingkungan sekitar. Sampah yang menumpuk akan menimbulkan bau yang tidak sedap.
3. Tidak ada saluran air. Meskipun ada, tetapi keadaannya kotor. Terdapat sampah yang menyumbat saluran air. Akibatnya, aliran air tidak lancar.
4. Tidak terdapat tumbuhan sehingga terlihat gersang. Kalaupun ada, tetapi tidak terpelihara. Misalnya, terdapat rumput liar.
5. Terdapat banyak hewan liar yang kelihatan kotor.